Di
negeri ini banyak sekali yang menempatkan kata pengenal “Dewan” didepan nya
seperti Dewan Pengurus Masjid, Dewan Sekolah, Dewan Pembina, Dewan Penasihat
dan tentunya Dewan Perwakilan Rakyat.
Kata
“Dewan” diatas secara harfiah menghadirkan Elitisme bagi sekumpulan orang orang
terpilih/terpandang dan tentunya dianggap memiliki kualitas di atas rata-rata
dari orang-orang yang tidak masuk kategori Dewan…Secara Sifat maka siapapun
yang tergolong dalam Dewan sudah seharusnya memiliki sifat yang lebih baik dari
siapapun yang bukan termasuk Dewan.
Bila
memang merujuk dari kosa kata, Dewan itu berakar dari kata Dewa / Dewa-an / Ka-Dewa-an Kadewasaan dalam hal ini tidak
sama dengan usia tua. Tapi ia yang berarti memiliki sifat Dewa. Berarti ia
harus memiliki sifat yang diatas rata-rata manusia biasa .
Dewasa
asal kata dewa dan rasa. Dewa artinya pancaran cahaya Sang Maha Kuasa/Illahi. Kadewasaan
adalah tingkat kematangan jiwa.. Maka bagi yang sudah bisa menerima, merasakan
dan mengamalkan pancaran cahaya Sang Maha Kuasa itulah yang dimaksud Dewasa. Secara Budaya Batin berarti ia
yang memiliki kemampuan menutupi dan mengendalikan keruwetan yang berasal dari
luapan hawa nafsu. (Karena apabila hawa nafsu
dilepas maka akan menutupi hubungan gaib antara Tuhan dan Hamba nya).
Namun
apapun artinya.. “Dewan” itu telah menjadi magnet bagi banyak manusia Indonesia
khususnya, untuk berlomba-lomba agar menjadi atau masuk/tergabung dalam “Dewan”
/ kelompok elit rakyat seperti halnya menjadi Anggota Dewan Perwakilan Rakyat.
Setiap
Pemilu, Indonesia selalu disibukan dengan berkeliarannya Calon Anggota Dewan
(gentayangan.. hehehe) dalih mendekatkan diri kepada rakyat nya. Bertekad dan
dan berjanji banyak hal demi kepentingan rakyat. (semoga ditepati…)
Berbagai
cara dilakukan untuk merebut simpati rakyat, yang beruntung dibekali harta yang
banyak, ya.. berlomba-lomba dalam hal kebaikan mengadakan berbagai kegiatan
social, menyumbang keperluan fasilitas warga. Dan bahkan tak sedikit yang
merasa cukup hanya dengan membayar (membeli) suara. Rakyat gak perlu bertemu
dan kenalnya pun cukup dengan poster dan spanduk yang di gelar
sebanyak-banyaknya. Cukup Kasih Uang Ke Timses nya dan Timsesnya Kemudian yang
mencari mangsa rakyat yang bisa dibayar…. (hehehe)
Bagi
yang kurang beruntung dengan harta (pas-pasan) tapi motivasinya yang gede…
untuk meraih simpati rakyat dilakukan dengan cara “gerilya” tanpa henti.
(Meninggalkan anak istri dirumah…awas jatah dapurnya kehabisin… hehehe..).
kedua-duanya sama mengumbar tekad dan janji akan memperjuangkan kepentingan
rakyat atau pemilihnya…
Diantara
ribuan calon dewan yang di rekomendasikan oleh partai yang bersangkutan ada
beberapa kategori Calon Dewan yaitu
Calon yang Terdidik dan yang tidak terdidik.
Secara rincinya terbagi lagi menjadi.. : (bukan parameter ekonomi yaa)
- Layak. (Terkenal dan Berkemampuan)
- Layak. (Tidak terkenal tapi berkemampuan)
- Tidak layak(Terkenal tapi tidak berkemampuan)
- Tidak layak (dicalonkan hanya karena penghargaan atas loyalitas nya selama ini)
- Parah. (Tidak terkenal dan tidak berkemampuan…ganjal buat kuota aja kali..)
- ………... (tambahin aja bila kurang.. hehehe)
Mudah
mudahan rakyat Indonesia yang melaksanakan pemilu, akan dapat melahirkan
anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat di setiap tingkatan sebagai Dewan yang
memilki sifat Kadewasaan dan Kadewaan…Yang memiliki kematangan jiwa yang
mengamalkan pancaran Sang Maha Kuasa yang bersama-sama berperang melawan Musuh
utama yaitu kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan dan ke-terbencanaan.
Baik
laki maupun wanita yang terpilih menjadi Dewan Perwakilan Rakyat. Semoga mereka
adalah yang memegang teguh sikap Satriya. Satriya berasal dari akronim Sad Tri
dan Ya. Sad artinya enam, Tri artinya tiga dan Ya artinya sanggup.
·
Enam yang dimaksud adalah: eling,
percaya, mituhu, sabar, rela dan narima. Artinya kepada Tuhan kita selalu ingat, percaya dan
taqwa yang didasari rasa sabar, rela dan menerima.
·
Sedangkan tiga hal yang terkandung
dalam Tri yaitu: Tuhan Yang Maha Esa, Para UtusanNYa dan Manusia itu sendiri.
Yang tersirat didalam Tri adalah kesanggupan menjalankan perintah Tuhan,
melalui Utusanya Yang Bersifat Langgeng, agar menjadi manusia yang baik.
Entah
Kapan…. Mungkinkah ?
Asyiknya
Indonesia Tanpa Pungli, Korupsi….
Amiin….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar