Rabu, 12 Februari 2014

ASIKNYA KALAU BENER DEWAN ITU KA-DEWA-SA-AN DAN KA-DEWA-AN..…



Di negeri ini banyak sekali yang menempatkan kata pengenal “Dewan” didepan nya seperti Dewan Pengurus Masjid, Dewan Sekolah, Dewan Pembina, Dewan Penasihat dan tentunya Dewan Perwakilan Rakyat.

Kata “Dewan” diatas secara harfiah menghadirkan Elitisme bagi sekumpulan orang orang terpilih/terpandang dan tentunya dianggap memiliki kualitas di atas rata-rata dari orang-orang yang tidak masuk kategori Dewan…Secara Sifat maka siapapun yang tergolong dalam Dewan sudah seharusnya memiliki sifat yang lebih baik dari siapapun yang bukan termasuk Dewan.

Bila memang merujuk dari kosa kata, Dewan itu berakar dari kata Dewa / Dewa-an  / Ka-Dewa-an Kadewasaan dalam hal ini tidak sama dengan usia tua. Tapi ia yang berarti memiliki sifat Dewa. Berarti ia harus memiliki sifat yang diatas rata-rata manusia biasa .

Dewasa asal kata dewa dan rasa. Dewa artinya pancaran cahaya Sang Maha Kuasa/Illahi. Kadewasaan adalah tingkat kematangan jiwa.. Maka bagi yang sudah bisa menerima, merasakan dan mengamalkan pancaran cahaya Sang Maha Kuasa itulah yang dimaksud Dewasa. Secara Budaya Batin berarti ia yang memiliki kemampuan menutupi dan mengendalikan keruwetan yang berasal dari luapan hawa nafsu.  (Karena apabila hawa nafsu dilepas maka akan menutupi hubungan gaib antara Tuhan dan Hamba nya).

Namun apapun artinya.. “Dewan” itu telah menjadi magnet bagi banyak manusia Indonesia khususnya, untuk berlomba-lomba agar menjadi atau masuk/tergabung dalam “Dewan” / kelompok elit rakyat seperti halnya menjadi Anggota Dewan Perwakilan Rakyat.

Setiap Pemilu, Indonesia selalu disibukan dengan berkeliarannya Calon Anggota Dewan (gentayangan.. hehehe) dalih mendekatkan diri kepada rakyat nya. Bertekad dan dan berjanji banyak hal demi kepentingan rakyat. (semoga ditepati…)

Berbagai cara dilakukan untuk merebut simpati rakyat, yang beruntung dibekali harta yang banyak, ya.. berlomba-lomba dalam hal kebaikan mengadakan berbagai kegiatan social, menyumbang keperluan fasilitas warga. Dan bahkan tak sedikit yang merasa cukup hanya dengan membayar (membeli) suara. Rakyat gak perlu bertemu dan kenalnya pun cukup dengan poster dan spanduk yang di gelar sebanyak-banyaknya. Cukup Kasih Uang Ke Timses nya dan Timsesnya Kemudian yang mencari mangsa rakyat yang bisa dibayar…. (hehehe)

Bagi yang kurang beruntung dengan harta (pas-pasan) tapi motivasinya yang gede… untuk meraih simpati rakyat dilakukan dengan cara “gerilya” tanpa henti. (Meninggalkan anak istri dirumah…awas jatah dapurnya kehabisin… hehehe..). kedua-duanya sama mengumbar tekad dan janji akan memperjuangkan kepentingan rakyat atau pemilihnya…

Diantara ribuan calon dewan yang di rekomendasikan oleh partai yang bersangkutan ada beberapa kategori  Calon Dewan yaitu Calon yang Terdidik dan yang tidak terdidik.  Secara rincinya terbagi lagi menjadi.. : (bukan parameter ekonomi yaa)

  • Layak. (Terkenal dan Berkemampuan) 
  •  Layak. (Tidak terkenal tapi berkemampuan)
  • Tidak layak(Terkenal tapi tidak berkemampuan)
  • Tidak layak  (dicalonkan hanya karena penghargaan atas loyalitas nya selama ini)
  • Parah. (Tidak terkenal dan tidak berkemampuan…ganjal buat kuota aja kali..)
  • ………...    (tambahin aja bila kurang.. hehehe) 


Mudah mudahan rakyat Indonesia yang melaksanakan pemilu, akan dapat melahirkan anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat di setiap tingkatan sebagai Dewan yang memilki sifat Kadewasaan dan Kadewaan…Yang memiliki kematangan jiwa yang mengamalkan pancaran Sang Maha Kuasa yang bersama-sama berperang melawan Musuh utama yaitu kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan dan ke-terbencanaan.

Baik laki maupun wanita yang terpilih menjadi Dewan Perwakilan Rakyat. Semoga mereka adalah yang memegang teguh sikap Satriya. Satriya berasal dari akronim Sad Tri dan Ya. Sad artinya enam, Tri artinya tiga dan Ya artinya sanggup. 

·         Enam yang dimaksud adalah: eling, percaya, mituhu, sabar, rela dan narima. Artinya  kepada Tuhan kita selalu ingat, percaya dan taqwa yang didasari rasa sabar, rela dan menerima.
·         Sedangkan tiga hal yang terkandung dalam Tri yaitu: Tuhan Yang Maha Esa, Para UtusanNYa dan Manusia itu sendiri. Yang tersirat didalam Tri adalah kesanggupan menjalankan perintah Tuhan, melalui Utusanya Yang Bersifat Langgeng, agar menjadi manusia yang baik.
Entah Kapan…. Mungkinkah ? 

Asyiknya Indonesia Tanpa Pungli, Korupsi….
Amiin….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar