Ini adalah diskusi spiritual tempo dulu antara kejawen dan islam yang disampaikan dua tokoh besar yaitu syeh siti jenar dan ki ageng kebo kenanga.
Inti pertanya’anya adalah..{dimanakah
ALLAH itu ? ”} Dan {dimanakah pintu kematian itu ?”}
Kangjeng Syeh Siti Jenar menanyakan
kepada sahabat spiritualnya sekaligus sosok yg sudah dianggap sbg anaknya
sendiri, yaitu Ki Ageng Pengging alias Ki Kebo Kenanga dengan menanyakan :
syeh siti jenar;
“Ana ing ngendi Allah ?” (Dimanakah
Allah ?)
Ki ageng pengging;
Ki Ageng Pengging tersenyum, dia
tidak menjawab namun malah melontarkan pertanyaan.
“Aneng ngendi dalaning Pati ?”
(Dimanakah pintu kematian ?)
Keduanya terdiam, lantas tertawa
bersama-sama….
Pertanyaan Kangjeng Syeh Siti Jenar,
sebenarnya telah dijawab oleh Ki Ageng Pengging melalui sebuah pertanyaan. Kala
Kangjeng Syeh Siti Jenar menanyakan DIMANAKAH ALLAH ?. Ki Ageng Pengging
menjawab DIMANAKAH PINTU KEMATIAN ?
Pintu kematian tak lain ada
dalam SANG HIDUP. Dari SANG HIDUP maka pintu kematian dan pintu kehidupan
berada. ALLAH tak lain ada dalam SANG HIDUP/URIP. Karena ALLAH tak lain adalah
HIDUP/URIP itu sendiri. Dan setiap makhluk merasakan HIDUP. Berarti ALLAH
sebenarnya manunggal dengan seluruh makhluk.
Oleh karenanya keduanya lantas
tertawa….
Dan manakala Kangjeng Syeh Siti
Jenar kembali melontarkan pertanyaannya :
“Ana ing ngendi dununge URIP
?”(Dimanakah tempat SANG HIDUP ?)
Ki Ageng Pengging tersenyum dan
menjawab :
“Ana ing galihing kangkung – Ana ing
gigiring punglu – Ana ing tapaking kuntul anglayang – Ana ing susuhing angin ”
(Berada dihatinya tumbuhan kangkung – Berada di sudut pelor/mimis – Berada di
jejak burung bangau yang tengah terbang – Berada di tempat kediaman angin).
Dan kembali keduanya tertawa….hehehe..
Ada yang tahu tumbuhan kangkung ?.
Tumbuhan Kangkung berlobang ditengahnya. Disanalah letak HIDUP.
Ada yang tahu sudut pelor/mimis yang
buat ?. Sudut pelor/mimis yang bulat adalah semua bentuk tubuhnya. Disanalah
letak HIDUP.
Ada yang tahu jejakn…kuntul mabur ?.
di sanalah letak HIDUP.
Syeh Siti Jenar akhirnya memeluk Ki
Ageng Pengging dengan penuh kecintaan luar biasa….
Tapi keduanya di eksekusi
pemerintahan Demak Bintara dengan alasan MENYEBARKAN AJARAN SESAT dan HENDAK
MENGADAKAN MAKAR KEPADA PEMERINTAHAN……
Konon ceritanya, keduanya
menyempatkan waktu selama 3 hari untuk berdiskusi ttg pencapaian spiritualitas
masing-masing. Kangjeng Syeh dengan Tasawuf Islam-nya sedangkan Ki Kebo Kenanga
dengan ajaran Syiwa Buddha…Kangjeng Syeh bertandang ke Pengging, meninggalkan
aktifitas mengajar para santri di Cirebon, dan Ki Ageng Pengging menyempatkan
diri istirahat dari tugas-nya sebagai penguasa Pengging selama 3 hari….
Setelah tiga hari, mereka
mendapatkan kesimpulan TAK ADA BEDA ISLAM DENGAN SYIWA BUDDHA. Dan diakhiri
dengan membuat tumpeng Nasi Kuning sebagai simbol NING (HENING/ JERNIH)-nya
Kesadaran Spiritual mereka yang sudah mencapai ranah universal. Yang masih
belum mencapai ranah universal, sukanya ribut mulu, berebut kulit semata…
Sepenuhnya adalah simbolik. Maul
Hayat : Air Hidup. Tirta Manikmaya : Air Pusat Illusi, siapakah pusat Illusi,
tak lain adalah HIDUP. Mereguk Maul Hayat atau Tirta Manikmaya, artinya telah
MEREGUK KESEJATIAN HAKIKAT SANG HIDUP/TUHAN/ALLAH
Makanya, dulu Kangjeng Sunan
Kalijaga saat mewejangkan huruf Alif sebagai lambang TAUHID, KESATUAN SEMESTA,
TIADA LAGI YANG LAIN DIDUNIA INI KECUALI ALLAH. Dan manakala Alif diberi garis
atas (Fatkhah) maka bunyinya “A”. Jika dikasih garis …dibawah (Kashroh) maka
bunyinya “I”, dan manakala diberi tanda seperti huruf sembilan diatas (Dlomah)
maka bunyinya “U”.
Kangjeng Sunan Kalijaga menjabarkan bahwa ALIF adalah
TUHAN/ALLAH/URIP/SANG HIDUP. Tanda baca adalah makhluk-makhluk yang merupakan
bagian dari TUHAN/ALLAH/URIP/SANG HIDUP. Jika tanda baca ini dirangkai maka
akan berbunyi “A-I-U ” alias ” AKU IKI URIP (AKU INI HIDUP). Jadi makhluk-Nya
pun sebenarnya adalah SANG HIDUP pula
Jempolku segede godo kuacungkan jempol ku.... Mantap
BalasHapusA I U = Aya Iye Urang
BalasHapus