Bhinneka Tunggal Ika adalah moto
atau semboyan Indonesia. Frasa ini berasal dari bahasa Jawa Kuna dan seringkali
diterjemahkan dengan kalimat “Berbeda-beda tetapi tetap satu”. Kalimat ini
merupakan kutipan dari sebuah kakawin Jawa Kuna yaitu
kakawin Sutasoma, karangan Mpu Tantular semasa kerajaan Majapahit sekitar abad ke-14.
Sebagaimana Kita tahu, pada masa itu sungguhnya
di wilayah Nusantara ini telah diketahui dengan terdapatnya beragam suku bangsa
yang mendiami pulau jawa atau nusantara. Baik yang dianggap sebagai warga warga
local ataupun juga para pendatang karena hubungan perdagangan.
Bahkan keberaneka ragaman kepercayaan dan
keyakinan / agama yang tumbuh dimasyarakat pun pada saat itu telah ada. Jangankan
perbedaan antara Keyakinan atas Syiwa dan Budha yang telah berkembang, pada
masa itu. Pula keyakinan/kepercayaan para penduduk asli yang telah ada sebelum
agama-agama besar tersebut berkembang baik di keraton maupun di masyarakat.
Kesadaran akan keaneka ragaman suku bangsa dan
agama yang ada di wilayah nusantara, khususnya Jawa. Telah membutuhkan untuk diberlakukan
tata aturan kenegaraan agar perbedaan-perbedaan tersebut tidaklah menjadi
penghambat bagi jalannya roda social kemasyarakatan suatu bangsa.
Kutipan ini berasal dari pupuh 139, bait 5. Bait ini secara lengkap seperti di bawah ini:
Rwāneka dhātu winuwus Buddha Wiswa,
Bhinnêki rakwa ring apan kena parwanosen,
Mangka ng Jinatwa kalawan Śiwatatwa tunggal,
Bhinnêka tunggal ika tan hana dharma mangrwa.
Terjemahan:
Konon Buddha dan Siwa merupakan dua zat yang berbeda.
Mereka memang berbeda, tetapi bagaimanakah bisa dikenali?
Sebab kebenaran Jina (Buddha) dan Siwa adalah tunggal
Terpecah belahlah itu, tetapi satu jugalah itu. Tidak ada kerancuan dalam kebenaran.
Diterjemahkan per patah kata, kata bhinneka
berarti "beraneka ragam" atau berbeda-beda. Kata neka dalam
bahasa Sanskerta berarti "macam" dan menjadi pembentuk kata
"aneka" dalam Bahasa Indonesia. Kata tunggal berarti
"satu". Kata ika berarti "itu". Secara
harfiah Bhinneka Tunggal Ika diterjemahkan "Beraneka Satu Itu", yang
bermakna meskipun berbeda-beda tetapi pada hakikatnya bangsa Indonesia tetap
adalah satu kesatuan. Semboyan ini digunakan untuk menggambarkan persatuan dan
kesatuan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri atas beraneka
ragam budaya, bahasa daerah, ras, suku bangsa, agama dan kepercayaan.
INDONESIA KINI
Mungkin tak banyak warga negeri ini yang tahu, berapa persisnya jumlah suku bangsa di Indonesia. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) ternyata hasil sensus penduduk terakhir, diketahui bahwa Indonesia terdiri dari 1.128 suku bangsa.
Tidak seperti poin sensus lainnya, guna mengetahui jumlah suku bangsa di Indonesia ini, BPS mengaku harus bekerja lebih ekstra. Petugas sensus harus bersentuhan dengan keberagaman suku dan adat istiadat di seluruh penjuru negeri ini.
Bahkan, petugas sensus pernah dikenakan hukum adat di Kalimantan Timur saat melakukan sensus. Karena dianggap menyalahi ketentuan adat, petugas sensus diwajibkan membayar denda. Denda adat itu wajib dibayar, padahal karena jumlahnya yang sangat besar, BPS dan Pemda pun tidak sanggup melunasinya.
Setiap saatnya, sensus penduduk yang dilakukan BPS akan terus dikembangkan untuk mengetahui hal-hal spesifik lainnya di Indonesia. Untuk itulah kiranya BPS terus berupaya mengembangkan kerjasama dengan berbagai pihak, mulai dari kementerian hingga pemerintah daerah.
Perbedaan Agama dan Keyakinan,
Perbedaan Suku Bangsa, Bagi Bangsa Ini bukanlah hal baru, bukan hal yang perlu
diperdebatkan bagi bangsa ini. Karena perbedaan dari semenjak dahulu telah
disadari sebagai salah satu bukti Ke-Maha Kuasaan Tuhan. Perbedaan adalah
Anugrah yang harus disyukuri. (2014).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar